Rabu, 09 Maret 2011

Teriakan Gadisku

sebuah tanya hanya berjalan dari satu hati, ke hati yang lain.
saat ku menyadari, aku kini sendiri,
terikat di tengah dunia yang "tampak" adil,
pijakan ku merapuh, jatuh, maka aku pun mati,
tenggelam dalam munafiknya manusia-manusia kaya
sebuah tawa yang menari,
diantara luka-luka anak bangsa
anak bangsa yang tertindas oleh "adil"-nya dunia
coba tengok, disana ku temukan senyum yang mati
seorang gadis terluka hati
terinjak janji SETAN yang menggiurkan
salahkan Ia?
sebuah api yang mengharap kehadiran angin ketika ia hampir padam,
ku bilang, bangsa ini merdeka, ketika masih banyak penindasan
ku bilang, bangsa ini merdeka, ketika suap menyuap menjadi kebudayaan
ku bilang, bangsa ini merdeka,
benar merdeka, ketika orang kaya menari dengan menancap paku derita,
di jantung anak bangsa,gadis terluka hati, menangis dalam tawa
ini hanya keluhanku, takkan didengar mereka yang tuli.
ini sebuah cacianku, yang takkan berarti buat mereka yang kaya
dunia ditangan mereka, dan kami di tangan NERAKA
lihat, gadis terluka hati, berteriak pun hatinya tetap telah mati
prostitusu jiwa yang biadab merenggut bahagianya.
tawa itu kini kenangan, kobar dendam kini menyala,
dalam kepalaku, dalam hatiku, selamanya kepada mereka
ini hanya puisi, kalau kalian ingin menyebutnya begitu
tulisan sunyi anak bangsa tertindas,
teraniaya,  karena bukan siapa-siapa
bukan anak Gusti Paduka Raja
bukan Bangsawan,
bukan kaya,
lihat dia, gadis itu menangis, bukan anak Gusti Paduka Raja
dan ku bilang, bangsa ini merdeka, bukan untuk kami
Anak Bangsa Tertindas

February, 1, 2011
[R.Sastro]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar